BMKG Ungkap Dampak Positif TMC di Tengah Laju Perubahan Iklim

Rabu, 22 Mei 2024 : 04.07
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif yang signifikan di tengah laju perubahan iklim.(foto/ist)

INIBALI.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif yang signifikan di tengah laju perubahan iklim. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia, Abdelmonaam Belaati, di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Badung.

"Seiring dengan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem, Indonesia sering mengalami bencana yang merugikan. TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang efektif untuk menghadapi ancaman ini," ungkap Dwikorita.

Ia menjelaskan bahwa TMC dapat memitigasi bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem, seperti fenomena El Niño yang menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan di Indonesia pada 2015, 2016, dan 2019. "Kerugian yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem sangat besar dan menyebabkan penderitaan masyarakat. Oleh karena itu, kami memanfaatkan TMC sebagai mitigasi terhadap dampak bencana ini," tambahnya.

Dwikorita menguraikan bahwa selama El Niño, sering terjadi penurunan air tanah yang menyebabkan lahan menjadi sangat kering dan rentan terhadap kebakaran hutan. “TMC dapat digunakan untuk mencegah kebakaran hutan dengan menyemai awan di wilayah yang rentan. Data BMKG menunjukkan sekitar 80-90% pengurangan kebakaran hutan berkat TMC,” jelasnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan penyemaian awan selama lima hari di Sumatra Barat untuk menangani banjir bandang dan banjir lahar hujan yang disebabkan oleh letusan Gunung Marapi. Sebanyak 15 ton garam disemai untuk mengurangi intensitas hujan di lereng gunung, memudahkan pencarian korban hilang, dan mencegah bencana hidrometeorologi lebih lanjut.

"Teknologi Modifikasi Cuaca sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan menjamin kemakmuran serta kesejahteraan manusia, terutama dalam membantu produksi pertanian di daerah kering. Usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif," tegas Seto.

Menteri Abdelmonaam Belaati dari Tunisia mengapresiasi kemampuan BMKG dalam menerapkan TMC. Ia menyatakan bahwa Tunisia mengalami kekeringan selama 5-7 tahun, yang mengurangi pasokan air. "Kami datang ke Indonesia untuk belajar bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Kami berharap dapat terus bekerja sama dalam mencari solusi untuk masalah ini," kata Abdelmonaam.

Tunisia saat ini juga mengembangkan teknologi desalinasi air laut dan pemanfaatan air bekas untuk menanggulangi kekurangan air. "Solusi lainnya adalah modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami berada di sini hari ini," pungkasnya.(nik)