Pandemi Covid-19 Momentum Sinergikan Pariwisata, Pertanian, dan Kelautan

Kamis, 25 Maret 2021 : 18.24

Menteri Kelautan dan Prikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Gubernur Bali Wayan Koster. (Foto: Humas Pemprov Bali) 

DENPASAR (inibali.com): Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan telah melakukan pembahasan dengan para ahli, akademisi di Bali untuk menyeimbangkan struktur fundamental pembangunan antara pariwisata, pertanian dan kelautan beserta industrinya.

“Ini adalah ekonomi kerakyatan dan sudah waktunya dikembangkan di saat yang tepat. Pandemi juga punya hikmah untuk momentum yang tepat untuk menyentuh dan menggali kembali sektor pertanian dan kelautan,” ujarnya saat menerima kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono beserta jajaran di Gedung Gajah, Rumah Jabatan Jayasabha, Denpasar pada Kamis (25/3/2021). 

Koster mengatakan memiliki konsep matang untuk merealisasikan pembanguanan yang mensinergikan ketiga sektor tumpuan ekonomi Bali tersebut. 

“Bali tradisi pertanian, budaya pertaniannya sangat kuat. Ada subak sebagai warisan budaya yang (sayangnya, red) ditinggal karena maraknya dunia pariwisata. Karenanya pertanian, produk unggulan branding Bali seperti terlupakan. Untuk itu, kita buatkan skenario pengembangan produk pertanian bali dari hulu sampai hilir,” terangnya. 

Termasuk untuk sektor perikanan dan kelautan, ia telah menyusun suatu konsep yang nantinya akan secara efektif memaksimalkan potensi-potensi kelautan dan perikanan Bali.

Dia menambahkan ternyata Bali yang pulaunya kecil memiliki potensi kelautan yang besar. Ada keunikan dan keragaman yang luar biasa. Ini belum pernah digali secara serius sebagai kebijakan dengan program yang dikembangkan dari hulu sampai hilir.

Ia menyebut pandemi Covid-19 ini membuat banyak mata terbuka bahwa ke depan Bali tidak bisa dan tidak boleh lagi untuk terus-menerus tergantung hanya pada sektor pariwisata. Karena sektor ini meskipun mampu mendatangkan pendapatan yang besar, namun sangat sensitif pada peristiwa-peristiwa alam maupun nonalam. 

“Ada bom, virus, erupsi, bahkan yang gunungnya bukan di Bali, bisa mengganggu kedatangan wisatawan kita,” sebutnya. 

Ia lantas mengatakan pandemi Covid-19 ini yang paling lama, yang paling besar dampaknya bagi pariwisata dan ekonomi di Bali.

Koster menjelaskan kontribusi pariwisata selama ini mencapai 54% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali secara langsung, dan jika dihitung pendapatan tidak langsung bisa mencapai 70%. 

Sebelum wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali mencapai 10, 5 juta orang, sedangkan wisatawan mancanegara mencapai 6,3 juta lebih wisatawan mancanegara. “ Jadi 16, 8 juta wisatawan yang datang ke Bali 2019. Meningkat 20 persen dari tahun 2018. Ini juga dampak kebijakan pembatasan sampah plastik, kendaraan listrik dan lainnya juga punya dampak pada ketertarikan wisatawan untuk ke Bali,” katanya.


Kondisi ini, kanjut Koster, tentu sangat berdampak positif kepada ekonomi Bali yang jadi nomor satu dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi secara nasional, 5,4% pada 2019. “Sekarang kondisi ini stuck karena pandemi, karena larangan penerbangan domestik maupun internasional,” ujarnya. 

“Meskipun kini sudah dibuka untuk domestik, masih belum bisa maksima. Karena rata-rata okupansi hotel hanya 5%-10%,” imbuhnya. 

Koster mengatakan bersyukur terhadap upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan membantu sektor kelautan Bali yang bukan saja mengembangkan hulu ke hilir, tetapi juga menjadi industri baru.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengamini bahwa Bali sekian puluh tahun kadung terlena dengan gelimang pariwisata,  sehingga agak meminggirkan sektor kelautan dan perikanan sebagai satu tumpuan perekonomian. 

“Padahal Tuhan sudah memberikan banyak sekali ruang di Bali yang bisa dikembangkan, “ katanya.

Ia mengaku kedatangannya juga membawa langsung tim ahli yang diharapkan bisa bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi kelautan dan perikanan. 

“Potensi kelautan kita, perikanan tangkap akan kita jadikan modal utama dan budidaya dengan orientasi ekspor,” kata Menteri Trenggono. 

Kata dia harus ada upaya antara pemerintah pusat dan daerah sebagai booster.  Pariwisata jalan terus tapi masalah kelautan juga jangan ditinggalkan. 

Selain itu juga berbagai upaya untuk membuat kampung-kampung budidaya perikanan air tawar dan payau dengan berbasis pada  kearifan lokal di Bali.  

Trenggono juga menaruh perhatian khusus kepada garam produksi Bali yang dihasilkan dengan cara-cara yang masih alami dan tradisional, namun memiliki kualitas tinggi juga keunikan tersendiri. 

Produk garam yang diproduksi di Kusamba, Tejakula hingga pemuteran tersebut terkenal memiliki kandungan mineral yang tinggi dengan cita rasa khas atau dikenal juga dengan ‘garam artisan’ atau ‘garam gourmet’.(wan)