"Art and Peace" Digelar Kembali 2021, Merespons Isu Lingkungan dan Kemanusiaan

Kamis, 10 Desember 2020 : 18.47

Sembah bumi, sebuah tarian dalam acaea peringatan 21 tahun "Art and Peace", di Griya Santrian Resort Sanur, Kamis (10/12/2020).

DENPASAR: Wianta Foundation bersama Yayasan Bali Purnati dan alumni panitia berniat melanjutkan gerakan berdasarkan pemikiran seniman Made Wianta melalui “Art and Peace” yang akan digelar 2021 mendatang.

Isu dalam karya monumental Made Wianta berupa happening art bertajuk “Art and Peace” yang digelar pada 10 Desember 1999 terasa masih relevan hingga kini. Ketika itu Made Wianta merespons konflik dan kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah dunia.

Acara kolosal tersebut dilaksanakan di Pantai Padanggalak melibatkan 2.000 orang yang mempersembahkan seni gerak dengan membawa 2.000 meter kain bertuliskan kutipan pesan perdamaian dari tokoh-tokoh dunia dengaberpulangn berbagai ragam bahasa. Dua helikopter menerbangkan Made Wianta dan kain perdamaian itu saat mengawali kegiatan happening art.

Peristiwa tersebut memang telah lama berlalu, tetapi sepeninggal Made Wianta yang berpulang pada 13 November 2020 lalu, para pendukung acara dan panitia “Art and Peace” ingin memberikan penghormatan atas dedikasi seniman yang telah mengajak ribuan orang menyuarakan perdamaian melalui seni.

Penghormatan itu diberikan dalam sebentuk peringatan 21 tahun "Art and Peace" di Griya Santrian Resort, Sanur , Kamis (10/12/2020). Kegiatannya antara lain memasang banner perdamaian yang merupakan artefak bersejarah “Art and Peace” oleh sejumlah mahasiswa Unud. Karya ini direspons dengan sembah bumi oleh sejumlah penari dari Peliatan, Ubud pimpinan koreografer Restu Imansari. 

Selain itu ada yoga bersama guru IGR Panji Tisna, pemutaran video “Art and Peace”, testimoni, melepas tukik, dan tabur bunga bagi almarhum Made Wianta.

Putu Suasta (kiri ke kanan), Jean Couteau. Restu Imansari, IB Gede Sidartha Putra.

Yang tak kalah penting, para alumni panitia membuat Forum Art and Peace yang akan melanjutkan cita-cita mulia Made Wianta menjadikannya seni dan perdamaian sebagai tonggak gerakan budaya untuk lingkungan dan kemanusiaan.

Intan Kirana dari Wianta Foundation mengatakan akan melanjutkan pengabdian di bidang seni budaya yang juga mencakup lingkungan dan kemanusiaan seperti yang telah dirintis suaminya, Made Wianta, melalui sejumlah pameran seni dan pertunjukan.

"Isu perdamaian masih terasa aktual kerena kondisi akhir-akhir ini hampir mirip dengan masa sebelum Art and Peace digelar 21 tahun silam," katanya. 

Keinginan tersebut bergayung sambut dengan antusiasme para pendukung “Art and Peace” yang akan mendiskusikan dengan berbagai pihak dan mendeklarasikannya dalam acara peringatan hari ini.

Tabur bunga dan melapas tukik.

Restu Imansari dari Yayasan Bali Purnati sepakat untuk melanjutkan ide dan gagasan Made Wianta dalam sebentuk gerakan budaya berkelanjutan yang mengusung isu lingkungan dan kemanusiaan.

“Selain karya seni lukis, instalasi, dan pertunjukan Pak Wianta meninggalkan jejak pemikiran yang sangat menonjol mengusung isu seputar kemanusiaan yang hingga kini tetap aktual untuk kita gemakan,” kata koreografer ini.

Putu Suasta, Ketua Alumni Panitia Art and Peace 1999 mengatakan apa yang telah dicetuskan Made Wianta adalah hal yang menginspirasi siapapun untuk membangun kesadaran kolektif menyuarakan perdamaian, kemanusiaan, dan lingkungan melalui jalur kesenian.

“Kami sepakat melanjutkan cita-cita luhur Made Wianta dengan turut serta membumikan, menggelorakan, dan menebarkan semangat tersebut melalui berbagai kegiatan yang dapat berkontribusi bagi kebaikan bangsa,” kata alumnus Cornell University itu.

Doa bersama.

GM Griya Santrian Resort Ida Bagus Gde Sidharta Putra (Gusde) yang juga Ketua PHRI Kota Denpasar dan Konsul Kehormatan Republik Czech untuk Bali dan Nusatenggara  mengatakan saat ini berbagai kenyataan pahit di negeri ini telah menggerakkan elemen anak bangsa untuk semakin berbuat yang terbaik untuk bangsa ini.

Gusde menambahkan Made Wianta baginya adalah mentor dan patron yang memberikan khazanah berpikir dalam program seni dan kebudayaan. Ia menyambut baik peringatan “Art and Peace” ini dan menjadikannya kegiatan moral yang dapat merangkul generasi muda ikut peduli persoalan bangsanya.

Koordiantor Peringatan 21 Tahun “Art and Peace” Yudha Bantono mengatakan kegiatan kali ini merupakan langkah awal dari sejumlah program yang akan digelar berkala mulai tahun 2021 mendatang. Ia yang pernah mendampingi puluhan proyek seni Made Wianta mengatakan pemaknaan kembali “perdamaian”  adalah bagian upaya kesadaran berbangsa dan bernegara. 

Kata dia maraknya kebencian dan kekasaran dalam dunia maya maupun dunia nyata saat ini telah menggugah banyak pihak melakukan penyikapan agar persatuan dan kesatuan bangsa tidak terusik. (wan)