Gubernur Bali Wayan Koster bersama para petani arak dari Karangasem pada Januari 2020 lalu. |
DENPASAR (inibali.com): Arak Bali semakin populer dan kini bergerak menuju arah industri.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan hal tersebut tak lepas dari diterbitkannya Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.
"Saya optimistis, nantinya, saat minuman tradisional khas Bali ini menjadi suatu industri, bakal mampu bersaing dengan minuman khas tradisional dari negara lain semacam sake dan soju," ujarnya saat menerima audiensi Politeknik Negeri Bali di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar, Rabu (21/10/2020).
Koster mengatakan akan terus mempromosikan arak Bali hingga ke Jakarta, aalgi kalangan wisatawan banyak yang memuji kualitas arak Bali.
Ia pun yakin arak Bali bakal berkembang menjadi sebuah industri, bersaing dengan minuman impor seperti sake, soju, bahkan vodka.
Menurut Koster sejak dikeluarkannya Pergub Nomor 1 Tahun 2020, kebijakan ini membawa berkah bagi petani dan pembuat arak tradisional. Arak Bali sudah sangat terangkat dan makin diminati banyak orang.
Pergub ini juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama terhadap upaya mengangkat produk-produk lokal Bali.
“Baru pertama kali saya kira, ada produk lokal yang berkembang lewat kebijakan gubernur (Pergub, red). Bahkan belum satu tahun (diterbitkan,red) sudah ada bukti riil di lapangan,” sebutnya.
Belum lagi, kata KOster, arak Bali pada masa pandemi ini ternyata juga punya khasiat ‘usadha’ yang terbukti membantu mempercepat penyembuhan pasien Covid-19.
Oleh karena itu, untuk mempercepat arak Bali menuju arah industri, pihaknya mengajak kalangan perguruan tinggi ikut terlibat mengembangkan produk lokal berbasis kerakyatan tersebut.
“Makin terangkat namanya tentu akan semakin banyak permintaannya. Sekarang kan prosesnya masih tradisional. Jika nanti bisa didukung dengan alat-alat hasil penelitian kalangan universitas tentu harapannya produksinya meningkat, dan waktu produksinya juga bisa lebih singkat," tuturnya.
Ia menegaskan semuanya diarahkan untuk menggunakan sumber daya di Bali, dalam kerangka menghidupkan ekonomi kerakyatan.(wan)