TEJA ASTAWA, Story of The King, 2018, 160 x 285 cm, medium campuran di atas kanvas |
DENPASAR (inibali.com) - Perupa Teja Astawa akan menggelar pameran tunggal di Galeri Zen1 yang menyajikan sejumlah karya yang mengangkat interaksi antara hewan dan manusia dalam narasi visual yang unik, kritis, lucu, jenaka, hingga satire.
Pemilik Galeri Zen1 Nicolaus F Kuswanto mengatakan sedianya sejumlah karya Teja Astawa akan diikutkan dalam ajang Jakarta Art Moment, Mei 2020, tetapi karena terbentur pandemi covid-19 rencana tersebut batal dan dialihkan ke galeri ini.
“Momen ini sekaligus mendukung langkah pemerintah yang telah membuka pariwisata Bali untuk domestik sekaligus mendorong semangat para pelaku seni yang kendati pandemi tetap berkarya dengan intens,” katanya, Rabu (9/9/2020).
Menurut Nico pada saat pembukaan pameran bertajuk “Terbahak Kritis dan Estetis ala Teja Astawa” pada Jumat (11/9/2020) ini bakal menerapkan standar protokol covid-19 sesuai anjuran pemerintah.
Ia telah menyiapkan pengecekan suhu badan, wastafel pencuci tangan, mewajibkan menggunakan masker dan menjaga jarak. Pameran akan berlangsung hingga 1 Oktober 2020 di Galeri Zen1 yang beralamat di Ruko Tuban Plaza, Jl. Bypass Ngurah Rai, Tuban, Kuta.
Pameran yang dikuratori Edy Sutriyono ini menyajikan 20 karya Teja Astawa dari awal perjalanan karir menekuni seni rupa hingga yang terkini. Karya yang terpilih kebanyakan didominasi figu-figur kecil dan menonjolkan detil aneka fauna.
Nico menjelaskan Teja Astawa yang mengambil spirit, warna, dan ikon dari lukisan wayang kamasan ini leluasa melakukan kritik lembut tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungannya melalui karya seni.
“Kekuatan Teja Astawa mampu memadukan akar tradisi dengan cara pandang kekinian, apalagi secara visual memunculkan kejenakaan, kelucuan,” katanya.
TEJA ASTAWA, The Giant and His Writing, 2019, 120 x 140, medium campuran di atas kanvas |
Ia memilih Teja Astawa dalam pameran tunggal ini karena sesuai dengan visi ke depan galerinya yang bakal bertarung di ranah seni rupa baik secara pasar, wacana, dan apresiasi.
Kelebihan Teja Astawa sebagai seniman yang memiliki kekuatan karya lebih memudahkan untuk berkompetisi baik secara regional maupun internasional.
Nico dengan pengalaman belasan tahun mulai dari menjadi staf galeri, kemudian mengelola seumlah pameran hingga art dealer memiliki “mata pasar” yang tajam untuk menelekasi karya, tentu dengan diperkuat dengan pendapat profeisonal dari kurator.
Ia juga optimistis dapat memikul tanggung jawab kepercayaan semua pemangku kepentingan seni rupa mulai dari seniman, kurator, kolektor, media dan publik terhadap perjalanan galeri ini ke depan.
“Kami siap bekerja sama degan seluruh pemangku kepentingan tersebut, termasuk berkolaborasi dengan galeri lain untuk ikut menyehatkan ekosistem seni rupa kita,” ujarnya.
Selain melakukan pameran secara langsung, Galeri Zen1 juga mengenalkan
koleksinya melalui website, media sosial, kontak langsung dengan kolektor dan
pencinta seni di manapun. (wan)
Tentang Teja Astawa
Lahir di Badung 1 Maret 1971. Pameran Tunggal: 2013: Tw(in)side, Kendra Gallery, Seminyak, Bali; 2012: A Glimpse Back Into The Past: Early Paintings of Ketut Teja Astawa, Art Temporary Space, Plaza Senayan, Jakarta; 2011: Fragments of Subconscious Memory, Tonyraka Art Gallery, Ubud, Indonesia; 2009: Batman Forever, Sunjin Gallery, Singapore; 2008: Works of Ketut Teja Astawa, Gallery Roemah Roepa, Jakarta.
Pameran bersama (terseleksi): 2016: Nitirupa-Nitibumi, Bentara Budaya Bali. 2014: Bali: Return Economy, Fremantle Art Centre, Perth, Australia Low Stream, Indonesia-Korea Contemporary Art Exhibition, at Jeju Museum of Contemporary Art, Korea; 2013: Two Island, Indonesia-Korea Contemporary Art Exhibition, Galeri Nasional, Jakarta Imajining Indonesia, Tribute to S. Sudjojono, Tonyraka Art Gallery, Ubud Bali; 2011: Fragments of Subconscious Memory, Tonyraka Gallery, Ubud, Indonesia Scope Basel, at Basel, Switzerland; 2010: Return to the Abstraction, Tonyraka Gallery, Ubud, Bali; 2009: Balinese Kunst In Geur En Kleur, Nederlands; Parfumflessen Museum, the Netherlands; 2008: Indonesia 11th Beijing International Art Exposition”, China; Bali Art Now, Yogyakarta.
Penghargaan: Finalis Philip Morris Art Award Indonesia (2001). Pengoleksi: Der Welkulturen am Schaumainkai, Frankfurt, Germany.