Tri Utami (Foto-foto: Dwi Artawan) |
Band legendaris yang memainkan jazz-wordmusic ini terdiri Dwiki Dharmawan (keyboard), Pra Budhi Dharma (bass), Indra Lesmana (keyboard), Dony Suhendra (gitar), Gilang Ramadhan (drum), dan Tri Utami (vokal).
Mereka mengawali penampilan dengan lagu lama “Kemelut” yang cukup mengentak dan membuat hawa lapangan di pinggir pantai malam itu kian menghangat. Disusul dengan “Senyawa” dari album “Chapter Two” yang, menurut Tri Utamai, didedikasikan untuk lingkungan hidup, bumi, sungai, gunung, laut, pohon, terumbu karang, dan sampah yang menjadi soal tak berkesudahan.
Indra Lesmana |
“Sejak semula kehidupan di dunia, saling merawat menghormati saling menjaga. Tangan manusia datang melukainya, dengan angkuh tanpa cinta menjamahnya. Seolah bumi dan seisinya tiada berharga. Renungkanlah karena sesal tiada berguna. Inilah saatnya kita harus kembali menjaga bumi,” begitu di antaranya lirik lagunya.
Lagu lainnya yang masih sarat pesan untuk lingkunganadalah ‘Prthvi Mata’ . Selain itu juga membawakan beberapa lagu lawas dari album awal 34 tahun silam seperti “Gemilang” yang sangat familiar bagi ribuan penonton yang ikut bernyanyi di arena festival.
Dwiki Dharmawan dan Dony Suhendra |
Pada bagian lain konser Krakatau yang telah beberapa kali manggung di Sanur Village Festival ini, memberikan kesempatan Gilang untuk solo drum. Salah satu drummer terbaik yang dimiliki Indonesia ini menunjukkan kepiawaian bermain dengan penuh energi dan improvisasi.
Kemudian Tri Utamai atau akrab disapa Iie mengatakan bahwa Krakatau Reunion telah bubar dan tetap menjadi Krakatau, karena aneh kalau di konser terus-menerus disebut reuni. Dan, formasi ini, masih menunjukkan stamina yang prima , sebagaimana saat manggung pertama kali di Art Center Denpasar pada 1987.
Saat lagu terakhir, Indra Lesmana mengajak anak-anak naik panggung untuk ikut bernyanyi “Sekitar Kita”. Perbedaan yang ada di bumi ini perlu penyikapan, begitu juga perlakuan terhadap lingkungan.
Sajian hiburan Sanur Village Festival dengan penonton membeludak, tak henti menyerukan pesan positif. Seperti di bait akhir lagu Krakatau malam itu: adakah sepercik bahagia yang tersisa di hati kita, bergandeng tangan dekatkan hati, tiada perbedaan dalam cinta dan kasih.
Gus Teja |
Gus Teja dan Krakatau sama-sama menekankan pesan untuk merawat lingkungan agar bumi dan seisinya bisa dinikmati anak cucu mendatang.