Pengalaman Mengesankan Menikmati Denyut Kehidupan Desa Wisata Pinge

Rabu, 14 Agustus 2019 : 10.59
Managing Director The Nusa Dua Gusti Ngurah Ardita (kedua dari kiri) menjadi "be lawa" (chef ala Bali) saat media gathering ITDC di Desa Wisata Pinge, Tabanan, Sabtu (10/8/2019)

BALI identik dengan pulau surga. Jutaan wisatawan tiap tahun datang ke Pulau Dewata ini. Hampir semua hal di Bali, nyaris menjadi daya tarik wisata.

Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) tengah gencar mengangkat potensi Desa Pinge sebagai destinasi wisata. Melalui program corporate social responsibility (CSR), ITDC memberikan pendampingan dan dukungan untuk perkembangan Desa Wisata Pinge.

Program teranyar BUMN sektor pariwisata ini mengajak puluhan media untuk merasakan langsung keindahan alam dan budaya Desa Pinge, Sabtu (10/8/2019). Trekking di pematang sawah menjadi salah satu paket wajib di desa ini. Pematang sawah, jalur subak, serta ratusan burung kokokan bisa kita saksikan selama menelusuri perjalanan ini.

"Tolong bikin Desa Pinge ini terkenal dan makin terkenal lagi," kata Managing Director The Nusa Dua, I Gusti Ngurah Ardita, saat media gathering, akhir pekan lalu. Pada kesempatan itu Ardita menyatakan akan memboyong tari bumbung gebyog dari Pinge untuk tampil di ajang Nusa Dua Fiesta 2019.

Para penari Dewa Siwata Pinge mengambut peserta media gathering ITDC.

Ardita menjadi "be lawa" (juru masak) dadakan dalam gathering media kali ini. Tanpa canggung ia meracik bumbu dan daging menjadi lawar dan sate. "Ini adalah pengalaman luar biasa bagi wisatawan yang ke Pinge. Mereka akan diajak merasakan kehidupan di desa," imbuhnya.

Pinge merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Tabanan, dengan jumlah penduduk 163 kepala keluarga atau 818 jiwa. AA Ngurah Putra Arimbawa, Ketua Pengelola Desa Wisata Pinge, menjelaskan warga telah sepakat menjadikan Pinge sebagai desa wisata. 

Warga pun rela tanahnya dijadikan jalur trekking demi membangun Pinge menjadi desa wisata berbasis alam dan budaya. “Kita memiliki 5 orang pemandu lokal yang standby di sini,” jelasnya.

Desa Pinge menyediakan akomodasi rumah inap. Ada sekitar 132 kamar milik warga yang siap menjadi tempat menginap. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 600 ribu untuk tamu pribadi dan Rp 150 ribu untuk tamu grup.


Ketua Yayasan Tri Hita Karana (THK) I Gusti Ngurah Wisnu Wardana mengatakan konsep Tri Hita Karana yang telah diakui secara internasional sangat terasa penerapannya di subak dan Desa Pinge.

Yayasan ini sangat getol turut membangkitkan pariwisata berkelanjutan melalui konsep THK. "Ini adalah cara kita menjadikan pariwisata yang ramah dan berkelanjutan," ujarnya.

Menikmati denyut kehidupan warga desa dan menginap di antara bilik kamar tidur mereka, merupakan pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Inilah hakikat desa wisata yang ingin menorehkan kenangan berkesan di hati para wisatawan. (wid)