TERATAI SALJU: Diplomasi Budaya Jepang-Indonesia di Bidadari Mandala

Sabtu, 04 Agustus 2018 : 07.48
Kazunobu Yanagi, Hiromi Wada, dan Yasu Suzuka 
TIGA seniman Jepang, Kazunobu Yanagi, Yasu Suzuka, dan Minako Hiromi, Jumat (3/8/2018) petang, usai mempersiapkan pameran di Bidadari Mandala, Ubud, Bali. Mereka antusias menceritakan perihal semangat Asia untuk kedamaian. Melalui karya-karyanya mereka ingin menunjukkan kepada publik di Bali, bahwa Jepang dan Indonesia memiliki sejarah serta kedekatan dalam hal budaya dan spiritualitas.

Ketiga seniman Jepang ini masing-masing memamerkan karya di Mandala Bidadari pada rentang waktu 4-25 Agustus 2018. Seniman Kazunobu Yanagi menampilkan instalasi lukisan, sedangkan Yasu Suzuka dan Minako Hiromi memamerkan karya seni rupa. Ketiga seniman ini akan berkolaborasi dengan Trie Utami merespons karya rupa itu dengan musik dan seni pertunjukan.

Mengapa ketiga seniman Jepang dan Trie Utami merepresentasikan spirit Asia melalui tema “Teratai Salju”? Yang pasti mereka tidak sedang mengungkapkan karyanya sebagai sebuah benda atau bentuk seni saja. Melainkan, juga mengungkap makna di balik tajuk Teratai Salju. Mereka menghadirkan filosofi yang berkaitan dengan pembersihan jiwa. Teratai Salju tumbuh dan mekar di air suci yang dipercaya sebagai air suci surgawi.

Hiromi Wada, penggagas pameran sekaligus pemilik art space Bidadari Mandala mengatakan melalui pameran ini diharapkan memberikan dharma kebaikan, keteduhan, dan kedamaian. Kehadiran seniman Jepang dan Indonesia akan berkolaborasi bukan hanya menujukkan karya, tetapi juga didukung para pendeta Buddha dan Hindu yang akan memanjatkan mantra dan doa agar nantinya segala energi baik yang membawa kedamaian di muka bumi ini datang.

Minako Hiromi
Karya-karya seniman Jepang yang meletakkan mandala sebagai pusat perhatian, seperti meditasi sangat nampak dalam lingkaran dengan simbol-simbol yang melekat. Berikut pula, hadirnya Borobudur dan stupa Buddha menjadi identitas bahwa dari peradaban sejarah yang mendekatkan bagaimana akar kedekatan konsep “mandala” dalam Hindu dan Buddha baik di Indonesia dan Jepang.

Melalui karya seniman Jepang dalam pameran ini saya melihat akan membuka berbagai kemungkinan sebagai landasan kajian yang tidak sekedar wacana kesenian saja. Jadi semacam respons dari tingkat kesadaran yang tinggi dalam dialog budaya anatara Jepang dan Indonesia.

Kazunobu Yanagi pada pembukaan pameran Sabtu (4/8/2018) malam ini, akan membuat performing art yang mengupas hubungan manusia dalam perjalanan kehidupan melalui simbol-simbol dalam bentuk lingkaran, bidang yang kesemuanya dirakit di atas tanah.


Pameran Teratai Salju juga menyangkut kesadaran seorang seniman akan posisinya secara sosial maupun spiritual dalam mempraktikkannya sebagai gerakan kebudayaan. Menurut Hiromi Wada pameran ini untuk menandai peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia.

"Nilai budaya dalam konteks hubungan kedekatan semangat bersama antara Jepang dan Indonesia adalah sesuatu yang penting, untuk menciptakan kebaikan, keharmonisan, dan kedamaian, karena itu saya melihat pameran ini menunjukkan sense of universal," kata Hiromi Wada. (Yudha Bantono)