Boost Sanur Village Festival: Indra Lesmana Project Tampil Perdana di Bali

Kamis, 23 Agustus 2018 : 10.00
Indra Lesmana & Tagor P.O. Naibaho (inibali.com)
DENPASAR (inibali.com)--Indra Lesmana Project (ILP) memenuhi janji tampil dengan seluruh daya pada hari pertama Boost Sanur Village Festival 2018, Rabu (22/8/2018) malam, di Pantai Matahari Terbit.

Tampil perdana di tanah kelahiran grup musik metal progresif ini, Bali, ILP menggebrak panggung utama Sanur Village Festival dengan ‘Awakening’, salah satu nomor dari album ‘Sacred Geometry’. Para pengunjung festival pun merangsek ke depan panggung sambil mengacungkan jari telunjuk dan kelingking, simbol metal.

Lagu pertama usai disusul ‘Acknowledge’. Sepanjang penampilan para personel unjuk kualitas teknik bermusik yang terampil. Shadu Shah (bass), Kharisma (gitar), Muhammad Rayhan (gitar), dan Hata Arysatya (drum). Mereka juga mendapat kesempatan bergantian memainkan solo instrumen.

Mereka memainkan alat musik dengan hentakan dan kecepatan. Lagu lainnya dari mini album ini juga dibawakan ILP yakni ‘Ascension’, dan ‘Acceptation’ yang memiliki durasi cukup panjang. Saat tempo musik meninggi tampak sejumlah penonton ‘headbang’ yakni menggerakkan kepala ke atas dan kebawah mengikuti tempo musik. Khas penonton musik metal.

Indra sepertinya memiliki indera keenam untuk memilih personel dari ratusan musisi yang ikut audisi. Para personel ILP direkrut Indra melalui audisi melalui di media sosial instagram mendapatkan musisi yang menguatkan grup ini sangat cadas, di antaranya Kharisma yang juga gitaris Deadsquad.

Togar P.O. Naibaho sang vokalis juga menyajikan kepelikan olah suara yang melengking tinggi mengingatkan pesona vokalis rock klasik 1980-an. Togar atau akrab disapa Ragot tampil dengan prima & powerfull, apalagi saat melakukan ‘scream’ seperti kerap mewarnai vokalis metal dengan ‘yelling falsetto’ yang gahar.

Kharisma dan Hata Arysatya (inibali.com)
Tentu, Indra Lesmana yang memang sejak kecil mengakrabi piano, keyboard dan syntesizer melakukan improvisasi yang rumit sebagaimana jalur jazz yang selama ini ditekuni.

Indra mengatakan terbentuknya ILP terinspirasi dari erupsi Gunung Agung tahun lalu. Ketika itu ia bersama istrinya, Hon Lesmana, dan sejumlah relawan mengumpulkan bantuan bagi para pengungsi di Karangasem.

“Saya merasakan energi besar Gunung Agung menggerakkan alam dan seluruh komponen masyarakat. Ini sangat luar biasa. Kita tak bisa menolak bencana alam, tetapi bagaimana menyikapinya dengan kearifan masing-masing,” ujarnya.

Shadu Shah dan M. Rayhan
Indra menegaskan ILP bukan sekadar grup band, melainkan diproyeksikan menjadi sebuah gerakan kemandirian yang positif. Ia berharap langkah ini menajdi pemicu untuk terus meningkatkan kualitas kreativitas musik Indonesia.

Seusai manggung ia kembali menjelaskan sepanjang karier bermusik dia terbiasa membawakan lagi dari berbagai genre meskipun lebih dikenal sebagai musisi jazz. Indra bersama beberapa musisi juga pernah membuat grup rock.

Jadi, tak masalah jika kali ini dia membawakan musik bernapas metal. “Musik ILP itu kaya improvisasi, bagi saya mengalir seperti main jazz, tetapi dengan energi yang lebih mengguncang,” tuturnya.

Kehadiran ILP di panggung Boost Sanur Village Festival berhasil mengobati rasa penasaran para penggemar di Pulau Dewata yang telah menunggu sejak grup ini ‘show case’ pada Juni lalu di Jakarta dan Surabaya.(wan)