Sanur Village Festival: Inspirasi, Inovasi, dan Kesadaran Gusde

Kamis, 15 Maret 2018 : 08.54
Suasana pembukaan Sanur Village Festival 2016
Oleh Yudha Bantono *)

PADA  22-26 Agustus 2018, Sanur Village Festival (SVF) yang menjadi kebanggaan masyarakat Sanur akan diselenggarakan kembali di kawasan Maisonette, Inna Grand Bali Beach Sanur. Festival ke-13 ini mengangkat tema besar “Mandala Giri”.

“Mandala Giri adalah semangat pemikiran untuk memusatkan perhatian kembali pada Gunung Agung. Ketika erupsi Gunung Agung yang terjadi dari November 2017 pada kenyataannya telah memberikan refleksi besar dalam hal kemanusian, persaudaraan dan kedekatan terhadap alam. Hal ini menjadi sangat penting untuk diwadahi kembali sebagai bagian spirit kreativitas masyarakat Sanur,” kata Ida Bagus Gede Sidharta Putra, Ketua Umum Sanur Village Festival.

Letusan gunung berapi umumnya dipandang sebagai bencana dengan berbagai dampaknya, tetapi  penggagas dan penancap tonggak Sanur Village Festival, Ida Bagus Sidharta atau lebih akrab disapa Gusde itu, justru berpijak pada prinsip “kesadaran atas keberadaan gunung itu” (upaya untuk membangun semangat) dari yang telah terjadi.

Semangat dalam bentuk kreativitas nanti diyakini sebagai kunci penciptaan ruh dalam program-program festival tahunan ini. Upaya membangun semangat dan meletakkan dalam program festival, menurut Gusde yang alumnus Universitas Maryvile , St. Louis, Amerika Serikat ini selaras dengan penggarapan tema-tema sebelumnya, termasuk “Segara Giri” pada Sanur Village Festival 2013.

Secara berkelanjutan, sesungguhnya perjalanan Sanur Village Festival sampai saat ini merupakan rangkaian demi rangkaian dari konsep sejak festival ini dihadirkan. Berangkat dari respons keprihatinan atas dampak tragedi Bom Bali 2005 yang memporakporandakan sendi pariwisata Bali, berlanjut pada sensitivitas dari hal-hal yang terjadi, baik skala Bali maupun nasional.

Gagasan membuat festival yang berkembang sekaligus bersinergi mewadahi dan memelihara kreativitas warga Sanur, tak surut menjadi magnet yang sangat kuat saling mengisi antara kreativitas dan gerak pariwisata di Sanur. Sebagai pebisnis, Ketua PHRI Kota Denpasar dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Denpasar, Gusde menyadari potensi sektor pariwisata berbasis masyarakat adalah dinamika yang harus terus diberikan ruang. Kreativitas masyarakat memerlukan kalangan dan khalayak pariwisata secara luas. Untuk itu, Sanur Village Festival hadir untuk menumbuhsuburkan kreativitas warga Sanur bagi Bali, Indonesia, bahkan internasional.

Ida Bagus Gede Sidharta Putra

Selaras Kehidupan

Gagasan Gusde menggelar Sanur Village Festival pascatragedi bom 2002 dan 2005 berdasarkan pengalamannya saat tinggal di Amerika Serikat kerap menyaksikan sejumlah festival. Gusde memiliki latar belakang pendidikan bisnis, tetapi sebagai orang Bali yang dibesarkan dalam keluarga brahmana yang menjunjung tinggi tradisi, budaya dan agama Bindu Bali ia berpedoman bahwa Sanur Village Festival harus berakar pada pilar Trihita Karana. Oleh karenanya ia membingkai tema besar di setiap perhelatan Sanur Village Festival dengan The New Spirif of Heritage.

Ajaran dan semangat  yang diberikan para leluhur memberi dasar kokoh bagi pelaksanaan festival, sehingga Sanur Village Festival mampu mewadahi berbagai bentuk-bentuk kreativitas warganya. “Perjalanan menggarap Sanur Village Festival yang telah saya jalani berangkat dari kegiatan kecil yang waktu itu diberi nama “Seni Itu Damai” dan selanjutnya menjadi Sanur Village Festival. Dan, jika saya menengok ke belakang gagasan-gagasan dari para seniman, budayawan, jurnalis, pelaku pariwisata dan teman-teman kreatif lainnya, seperti mengantarkan gagasan festival di Sanur harus terwujud,” tutur Gusde.

Namun, semua itu tidaklah cukup hanya dengan gagasan dan semangat untuk memulai. Ia pun mengumpulkan masyarakat Sanur yang begitu luas untuk mengisi program-program festival. Melalui Yayasan Pembangunan Sanur yang baru ia pimpin beragam masukan akhirnya terseleksi sesuai dengan unggulan dan original atau berbeda dengan program festival yang telah ada di Bali.

Dalam pengertian inilah Gusde merasakan adanya kekuatan, bahwa Sanur Village Festival akan berkelanjutan karena dukungan maupun isi program-programnya berbasis dari kreativitas masyarakat. Sejak awal, Gusde yang mulanya menimbang harus ada sesuatu yang menjadi identitas baru namun berbasis apa yang telah ada di Sanur, menjadi percaya diri untuk merancang festival yang berkelanjutan.

Popularitas Sanur Village Festival dari waktu ke waktu semakin menggugah kreativitas masyarakat Sanur. Saat itulah seniman lintas dimensi, olah ragawan, penghobi, sampai juru masak menanti setiap tahun untuk berpartisipasi. Mereka mulai menggali kehidupan kreatif dan budaya sendiri. Gusde bersama Sanur Village Festival mewadahi dan menyalurkan kreativitas warganya itu.

Sanur International Kite Festival, salah satu acara yang merupakan bagian dari SVF.

Perayaan Masyarakat Pesisir

Adalah selalu menarik memaknai ruang kreatif Desa Sanur, selain dapat memberikan keindahan dan kenyamanan, juga memiliki kesatuan dengan ragam aktivitas warganya termasuk seni dan budaya di dalamnya. Sehingga, ruang itu menjembatani antara gerak masyarakat dengan segala dinamikanya, baik dalam program yang bertumpu pada kehidupan pantai maupun pariwisatanya.

Perayaan masyarakat Desa Sanur menurut Gusde adalah ruang bersama yang mendukung kehidupan sosial dan ekologi berlandaskan pada warisan leluhur sebagai masyarakat Hindu Bali. Perayaan tahunan ini dirancang dan dimotori secara bersama oleh insan pariwisata, seni dan budaya yang selanjutnya menjadi kemasan festival dan dijalankan sepenuhnya oleh Yayasan Pembangunan Sanur.

Dihelat di tepi Pantai Sanur, festival itu kemudian lahir dengan nama Sanur Village Festival yang kemudian khakayak menyingkatnya dengan menebut SVF atau Sanfest. Tercatat tiga tempat yang telah menjadi lokasi festival yakni kawasan Maisonette dan cottage area di Inna Grand Bali Beach, Pantai Mertasari, dan Pantai Matahari Terbit, Sanur. Konsep festival dikemas sebagai ruang kreativitas sekaligus koridor antara kehidupan masyarakat, seni, dan budaya. Selanjutnya konsep ini diterjemahkan secara mengalir dan kontekstual dalam industri pariwisata dengan semangat baru menjalankan warisan leluhur “The New Spirit of Heritage”.

Ketika akan menjalankan program ini, Gusde yakin Sanur dengan segala potensi yang dimiliki mampu menyelenggarakan acara seperti halnya festival yang pernah ia saksikan di sejumlah negara. Ia lebih suka memilah-milah sesuai waktu dan tempat festival itu dilaksanakan. Publik mulai sadar ketika menikmati festival ada decak kagum bahwa keindahan alam yang dipadu dengan kreativitas warganya akan menjadi pesona yang penuh warna.

Salah satu pergelaran seni budaya di panggung utama SVF

Festival Desa, Rasa Dunia

Menikmati keindahan Pulau Bali di pagi hari ketika matahari terbit sampai malam, maka akan terasa lain bila mengunjungi daerah wisata Sanur. Tentunya, suasana menarik menikmati liburan akan diperlihatkan dari alamnya dan dedikasi kreativitas masyarakatnya melalui sebuah festival desa selara dunia.

Berkelas bukan hanya penempatan nama bagi festival yang telah berjalan selama tiga belas tahun. Sanur Village Festival hadir menjadi kebanggaan Bali sebagai pengayaan dalam memaknai keberagaman seni budaya, memberikan ruang kreatif, sekaligus perayaan kehidupan masyarakat dengan segala keramahan dan keterbukaan. Bila merujuk dari festival-festival yang ada, Sanur Village Festival bisa dibilang festival yang independen yang bertumbuh dari bawah serta mengadopsi keinginan dan kepentingan masyarakat yang sebagian besar bertumpu pada sektor pariwisata.

Gusde berpendapat, Sanur Village Festival memiliki keunikan sebagai daya ungkap untuk disampaikan kepada dunia, khususnya melalui wisatawan yang berkunjung dan pemberitaan media. Festival yang dimulai pada 2006 itu pun kini seperti gadis yang terus bersolek untuk tampil lebih memikat dan berbenah menjadi festival berkelas dunia.

Ketika daerah lain ramai membuat festival, bahkan mengadopsi model-model festival yang ada, Sanur Village Festival justru membranding “village” menjadi acuan dari kegiatan. Ini yang menjadi daya tarik bahwa Sanur Village Festival  memiliki nilai lebih untuk dikunjungi sebagi festival yang berbeda dengan daerah lainnya.

Citra festival desa yang berselera dunia perlahan-lahan menjadi pengakuan kehadiran Sanur Village Festival. Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya saat membuka Sanur Village Festival ke-11 dua tahun lalu mengatakan: “Sanur adalah benchmark pariwisata berbasis masyarakat terbaik di Indonesia”. Kemudian, pada pembukaan Sanur Village Festival ke-12 tahun lalu kembali mengatakan Sanur sebagai model terbaik pariwisata berbasis komunitas, Sanur juga menjadi inspirasi dan percontohan bagi destinasi wisata daerah lainnya.

Tampak menjadi kebanggaan masyarakat Bali, Sanur Village Festival ke-13 kali ini masuk dalam agenda Kementerian Pariwisata Indonesia sebagai “10 event nasional pariwisata”. Sudah pasti Sanur Village Festival menjadi sejajar dengan Pesta Kesenian Bali, di samping Java Jazz, Jember Fashion Carnival, Iron Man 70.3 Bintan, Festival Payung Indonesia, Karnaval Kemerdekaan, Grand Carnival Indonesia, Banyuwangi Ethno Carnival, dan Borobudur Marathon.

Sanur Village Festival terus tumbuh dan berkembang dengan meletakkan pondasi kuat “The New Spirit of Heritage”  sebagai jati dirinya, kiprah dan kehadirannya selalu dinantikan dan menjadi agenda pariwisata Desa Sanur, Kota Denpasar maupun Bali secara luas. Bagi Sanur Village Festival, kredibilitas membangun, mengembangkan serta mewadahi kreativitas warga Sanur adalah prioritas, terutama berkaitan dengan sinergi pariwisata berbasis masyarakat. Nama Sanur dalam destinasi pariwisata di Bali sudah tidak asing lagi, sebagai destinasi pioner pariwisata. Citra dan semangat inilah yang terus dijaga oleh masyarakat Sanur.

Pada usia 48 tahun, Gusde tetaplah sosok bersahaja menggarap Sanur Village Festival demi keharuman tanah kelahiran, yang dijalaninya penuh keyakinan. Semangat Gusde tetap menyala-nyala dan telah mendorong lahirnya sejumlah event berkualitas di Sanur, seperti Santrian Mostly Jazz  dan Sanur Mostly Jazz Festival yang digarap bersama musisi Indra Lesmana. Gusde bersama Kadek Armika juga menggagas festival layang-layang internasional.

Gusde terus berinovasi untuk membangun Desa Sanur dan kesejahteraan warganya. Kesadaran, semangat, dan kerja kreatif Gusde juga berhasil mendorong promosi pariwisata bagi Pulau Bali melalui kemarakan festival dan inovasi kegiatan lain yang kian sohor dan menjadi pembicaraan dunia.

*) Penulis adalah dokter hewan, aktivis seni & budaya