Gunung Agung Siaga, Pelaku Wisata Promosi Bali ke WTM London

Senin, 30 Oktober 2017 : 19.59
WTM 2017, London (Foto: Ilustrasi/hotelglobo.com)
DENPASAR (inibali.com) – Penurunan status Gunung Agung dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga) menjadi momentum baik bagi sejumlah pelaku pariwisata yang mempromosikan Pulau Bali ke ajang World Travel Mart (WTM) 6-8 November 2017 di London.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung IGN Rai Suryawijaya mengatakan telah menyiapkan secara matang materi yang akan dibawa ke salah satu perhelatan pasar wisata dunia yang prestuisius itu.

“Kami membawa nama Bali dan Indonesia untuk membidik kunjungan wisatawan tahun depan. Kami optimistis sisa 2 bulan di ujung tahun ini bisa mencapai target yang telah ditetapkan,” katanya, akhir pekan.

Menurut Rai, meskipun status Gunung Agung telah diturunkan sejak pukul 16.00 Wita Minggu (29/10/2017), tetap diperlukan perjuangan untuk meyakinkan kembali agar wisatawan, terutama Eropa, pelesir ke Bali.

Rai yang juga Konsul Kehormatan Hongaria menjelaskan dampak akibat status Awas gunung berapi lebih dari sebulan ini tercatat penundaan kedatangan wisman ke Badung mencapai 10%. Meskipun demikian, selama sepekan ini mulai banyak pemesanan kembali untuk berwisata ke Pulau Dewata.

Selama perjalanan promosi 31 Oktober hingga 9 November di Inggris, rombongan akan melakukan berbagai pertemuan bisnis, menjamu mitra bisnis, dan mempererat jaringan yang semuanya bertujuan untuk mendatangkan wisatawan sebanyaknya ke Bali.

Sebelum ke arena WTM pada 6-8 November, Rai bersama sejumlah pelaku pariwisata akan melakukan sales mission dan table top di tiga kota yakni Bristol, Manchester, dan London.

“Kami berharap tamu Eropa tak gampang terpengaruh berita hoaks yang dilancarkan negara pesaing Bali. Kami akan meyakinkan bahwa Bali sangat aman,” kata Rai yang juga Ketua PHRI Badung.

Dia akan menyampaikan bahwa kawasan rawan bencana Gunung Agung hanya sekitar 2% dari luas Pulau Bali atau radius 6 km-7,5 km dari kawah gunung Agung. Kalaupun terjadi erupsi, pemerintah telah menyiapkan antisipasi dan evakuasi secara matang.

Rai menjelaskan hingga September 2017, berdasarkan catatan Uni Eropa, wisatawan asal Eropa ke Bali telah mencapai 975 ribu orang. Wisman ini di antaranya dari Prancis, Inggris, Jerman, Rusia dan negara lainnya yang pada akhir tahun ditargetkan 1,2 juta orang ke Bali.

Secara total, dari target 15 juta wisman ke Indonesia pada 2017, diharapkan Bali berkontribusi 40% atau 6 juta wisatawan mancanegara. Sedangkan wisatawan Nusantara (wisnus) ditargetkan 8 juta orang. Hingga September saja telah tercapai 5,2 juta wisman dan 7 juta wisnus.

Khusus untuk wisman, lanjut Rai, diharapkan dari China 2 juta, Australia 1,5 juta, Eropa 1,2 juta, ditambah AS, Jepang, Korea Selatan, dan wisatawan Asia lainnya, target 6 juta wisman bisa tercapai.

“Saya optimistis hingga akhir tahun target wisman maupaun wisnus ke Bali bisa tercapai, masih sisa 2 bulan akan kita genjot, apalagi masih ada momen Natal dan Tahun Baru,” katanya.

Menurut Rai, industri pariwisata Bali selain berharap dari pasar Eropa, juga menyasar pasar India, di samping China yang sama-sama memiliki potensi besar.

Rai yang baru saja roadshow ke New Delhi, Mumbai, Gujarat, dan Pune mendapatkan respons tinggi. Tahun ini Bali menargetkan memperoleh 500.000 wisatawan dari India.

Yang menjadi kendala, tambahnya, belum banyak penerbangan langsung dari beberapa kota di India ke Bali. Dia menyarankan untuk menggunakan charter flight. Penerbanagn langsung yang ada saat ini di antaranya Garuda Indonesia, AirAsia, dan Singapore Airlines.

Kementerian Pariwisata menargetkan mampu mendatangkan 2,5 juta wisatawan India dalam 5 tahun ke depan. Rai mengatakan yakin target tersebut bisa tercapai dalam 3 tahun mendatang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat wisatawan mancanegara asal India dan China memang mendominasi jumlah wisatawan ke Bali hingga 30,86% pada semester I/2017. (BI/wan)