FGD Peningkatan Daya Saing Pertanian Bali, Jumat (1/4/2016) di Wantilan ITDC |
NUSADUA (inibali.com) - Eksistensi buah lokal terus tergencet akibat serangan buah impor. Buah lokal seperti menjadi tamu di rumahnya sendiri. Beberapa pihak meminta industri pariwisata mau menyerap buah lokal. Kampanye buah lokal pun kini terus dilakukan oleh pemerintah dan industri untuk mendongkrak popularitas buah lokal. Namun kenyataannya tetap saja buah lokal makin tergencet. Sejumlah pihak pun melontarkan pernyataan agar pejabat memberi contoh untuk tidak menkonsumsi buah impor.
“Pejabat dulu yang memberi contoh agar tidak mengkonsumsi buah impor. Kita kampanye buah lokal tapi kita sendiri yang mengkonsumsi buah impor,” ujar mantan Dirut Bali Tourism Developmen Corporation (BTDC), Made Mandra, Jumat (1/4/2016) di Wantilan ITDC saat Forum Group Discussion (FGD) Peningkatan Daya Saing Pertanian Bali. Menurutnya kampanye bukan hanya sebatas wacana, namun bagaimana pemerintah dan masyarakat sepakat dengan apa yang diharapkan.
Pernyataan keras dilontarkan oleh Kepala Pusat Penelitian Subak, Prof Wayan Windia terkait industri pariwisata. Ia menyatakan agar industri pariwisata tak hanya mengikuti apa yang dimau oleh wisatawan. “Kita berikan mereka apa yang kita punya, bukan apa yang kira-kira disukai tamu. Saya yakin wisatawan yang datang ke Bali mau menikmati buah lokal ketika hanya buah lokal yang ada,” sebutnya.
Windia menilai selama ini pariwisata dan sektor pertanian bagaikan langit dan bumi. Mereka tak mungkin disatukan akibat perbedaannya begitu besar. Pertanian kita sangat erat dengan budaya yang orientasinya sosial kultur. Kehidupan petani dan pelaku pariwisatapun sangat jauh berbeda. “Kalau petani penghasilannya dibawah pengemis, sedangkan pelaku pariwisata di atas pengemis,” ujarnya.
Petani Sukses asal Banyuwangi, Wayan Supadmo yang juga hadir sebagai narasumber kurang sependapat dengan stigma jika jadi petani harus menderita dan melarat. “Hidup jadi petani tak harus hidup dalam penderitaan. Jadi petani bisa kaya dan sukses. Petani kita pun bisa menghasilkan produk yang berkualiyas dan sesuai dengan keinginan pasar,” sebut anggota TNI ini.
Dalam kesempatan tersebut, ia pun sempat mempresentasikan peluang dan potensi sektor pertanian yang sangat besar. Bahkan iapun mengajak para petani di Bali tak mengeluh dan mulai berbuat hal yang nyata. “Saya ingin menghidupkan lagi jeruk bondalrm yang dulu sangat terkenaal dan kini hilang. Saya yakin dengan treatmen dan teknologi pertanian yang tepat maka jeruk bondalem akan bisa berjaya,” ujar pria pemilik ratusan hektar lahan pertanian ini.
Pemilik Nirmala Group, Made Sujana menyatakan, selama ini jaringan pasar moderen yang dimilikinya berharap buah lokal lebih banyak berperan. Selama ini penjualan buah lokal prosentasenya hampir berimbang. Ia pun mengakui beberapa hal yang memang menjadi kendala buah lokal saat masuk pasar moderen. Buah lokal masih terkendala kwalitas dan stok.
Direktur Operasional ITDC, A. A Ngurah Wirawan, saat membuka acara FGD tersebut menyatakan pihaknya berharap ada hal nyata yang dilakukan oleh industri dalam eksistensi buah lokal. Ia percaya buah lokal akan menarik mengingat buah tropis lokal hanya ditemukan di Bali dan tidak ditemukan dinegara asal wisatawan. “Kita tak bicara soal lengkeng atau pir atau apel. Saya yakin negara Cina atau Australia memiliki buah tersebut dengan kwalitas yang lebih bagus. Namun kita memiliki buah salak, manggis dan buah tropis lainnya yang bisa menjadi daya tarik,” sebutnya.
Sebagai pengelola kawasa wisata internasional, Ia berharap ITDC bisa dijadikan etalase promosi untuk buah lokal. Bahkan pihaknya pun mempersilakan pemerintah maupun industri buah melakukan pameran di kawasan ITDC. “Kita berharap ada pekan pameran buah di ITDC. Atau kami sediakan tempat khusus pameran saat Nusa Dua Fiesta yang kami gelar setiap tahun. Saya berharap buah lokal bisa lebih berperan, tentu saja dengan kwalitas yang bagus,” sebutnya. (wid)