Ritual Ribuan Tahun "Melasti", Sucikan Diri Jelang Nyepi

Senin, 07 Maret 2016 : 08.34


MANGUPURA (inibali.com) - Beberapa hari ini pantai-pantai di Bali, termasuk Pantai Kuta, Ungasan dan pantai yang banyak dikunjungi wisatawan akan dipadati masyarakat Bali. Ritual ini menjelang perayaan hari Raya Nyepi 1938 yang akan jatuh pada Rabu (9/32016). Hari Raya Nyepi atau pergantian Tahun Baru Saka bagi umat Hindu Bali merupakan kesempatan untuk memulai kembali kehidupan dengan hati yang suci.

Menjelang perayan Nyepi umat Hindu melakukan penyucian diri dan lingkungan termasuk pratima (benda sakral) melalui ritual melasti. Melasti biasanya dilakukan 2 sampai 4 hari menjelang Nyepi.
Upacara melasti atau melelasti dapat didefinisikan sebagai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan.

Sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Karena itulah, upacara melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti tepi pantai atau tepi danau.

Dalam upacara ini, masyarakat akan datang secara berkelompok ke sumber-sumber air seperti danau dan laut. Setiap kelompok atau rombongan berasal dari satu kesatuan wilayah yang sama, semisal dari banjar atau desa yang sama.

Setiap rombongan tersebut akan datang dengan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan, yaitu arca, pratima, dan pralingga dari pura yang ada di wilayah masing-masing untuk disucikan. Setiap anggota masyarakat juga menyiapkan sesajian sesuai kemampuan masing-masing. Sajian ini merupakan bagian dari pelengkap upacara melasti.

Akibat jumlah masyarakat yang melakukan ritual ini berbarengan, tak jarang lalu lintas akan menjadi macet. Namun yang pasti tradisi ini merupakan bagian dari Bali yang tak bisa dipisahkan yang sudah berlangsung ribuan tahun.
Tak perduli sekarang ini pantai-pantai di Bali sudah jadi kawasan pariwisata. Ritual ini akan tetap berlangsung dengan segala dinamikanya. Bahkan tradisi dan budaya Bali inilah yang ternyata menjadi dasar Pariwisata Bali. (wid)