ITDC Luncurkan Logo Baru, Take Off Pengembangan Kawasan Wisata Luar Bali

Rabu, 23 Maret 2016 : 14.41
Manajemen ITDC meluncurkan logo baru, Rabu (23/3/2016) di Kantor ITDC. Peluncuran ini sebagai tanda dimulainya pengembangan kawasan wisata berkwalitas internasional di luar Bali.
NUSA DUA (inibali.com) - Manajemen PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sudah memulai take off dalam pengembangan kawasan wisata internasional. Peluncuran logo baru perseroan, Rabu (23/3/2016) di Kantor ITDC kemarin menjadi bukti komitmen perusahaan untuk pengembangan kawasan wisata.

Peluncuran logo tersebut dilakukan Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) Abdulbar M Mansoer berasama jajaran direksi lainnya ditandai dengan penyematan pin logi ITDC kepada empat karyawan termuda dan yang paling senior. “Peluncuran logo baru ini sebagai wujud komitmen manajemen untuk mendukung pemerintah dalam pembangunan nasional melalui usaha pengembangan kawasan pariwisata,” ujar Abdulbar M Mansoer.

Abdulbar menjelaskan, warna biru dan hijau dipilih untuk logo baru karena mampu menggambarkan lanskap negara Indonesia yang didominasi oleh hutan-hutan yang hijau serta laut biru yang luas. Dua hal ini juga merupakan daya tarik utama dari pariwisata Indonesia yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya.

Kawasan Nusa Dua kini memiliki sekitar 5.000 kamar hotel dan menyerap sekitar 10 ribu karyawan. Sebagai kawasan yang bergengsi, promotif, dan menguntungkan diharapkan mampu memberikan dampak berganda bagi masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya. Perseroan juga terus mengedepankan penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Selain fokus meningkatkan kawasan Nusa Dua sebagai destinasi wisata terbaik bertaraf internasional, saat ini ITDC juga tengah mengembangkan kawasan wisata di Mandalika – Lombok. Keberhasilan pengelolaan kawasan Nusa Dua akan menjadi role model atau contoh baik dalam pengembangan Mandalika dan juga kawasan-kawasan wisata lainnya.

“Kami optimistis melalui peningkatan kualitas dan juga pengembangan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan dan secara berkelanjutan akan dapat membantu tercapainya target kunjungan wisatawan manca negara  sebesar 20 juta pada tahun 2019 seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah,” tutup Abdulbar.

Direktur Operasional ITDC, A. A Ngurah Wirawan menyatakan, manajemen ITDC fokus perseroan dalam meningkatkan infrastruktur kawasan Nusa Dua – Bali sehingga menjadi destinasi wisata terbaik di dunia Internasional. Saat ini, manajemen ITDC telah menyiapkan investasi sebesar USD 1 juta untuk meningkatkan kualitas pengolahan limbah. Perseroan juga akan melakukan pengembangan aplikasi system Information Technology untuk keamanan yang lebih modern sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan kawasan Nusa Dua dengan lebih aman dan nyaman.

Bukan hanya itu, pihak ITDC pun akan segera menyediakan informasi digital tentang ITDC, baik hotel maupun restoran bahkan menu di ITDC. Tak ada lagi wisatawan yang tersesat di ITDC hanya untuk mencari lokasi hotel maupun fasilitas yang lain. “Mereka (wisatawan) hanya perlu menginstal app ITDC dan mereka bisa mengetahui mengenai ITDC. Kita ini akan membuat digital kawasan sesuai 5G, 5S dan yang akan kita tambahkan menjadi 5B,” ujarnya.

Pakar Merketing Hermawan Kartajaya dalam kesempatan tersebut mengingatkan sejumlah hal terhadap pengelolaan ITDC. Selama ini budaya Bali menjadi dasar kenapa banyak orang mau datang ke Bali, sehingga jangan sampai ITDC kehilangan sentuhan Bali. Hermawan pun mengingatkan mengenai market Cina. Jangan hanya berfikir market Cina identik dengan low end, makan banyak dan tak punya duit. Banyak orang Cina yang kaya dan datang ke Bali naik pesawat pribadi. “Ada 120 juta outbon Cina setiap Tahun. Kita baru dapat hanya 1 persen saja,” katanya.

Sementara itu Komisaris Utama ITDC, Gede Ardika menyatakan Bali ini memiliki budaya yang sangat kuat. Wisatawan datang ke Bali ingin mencari spirit dan pengalaman. Ia pun mengibaratkan Bali ini seperti mobil Rolls Royce. Namun banyak pihak menjual pariwosata Bali seperti mobil murahan. “Bali seperti mobil merek Roll Royce. Bali memiliki sesuatu yang berbeda yang membuat orang datang ke Bali,” ujarnya. (wid)