SINEMA BENTARA: RE-BORN

Jumat, 18 Desember 2015 : 12.20


DENPASAR (inibali.com)-Di penghujung tahun 2015, Bentara Budaya Bali kembali menggelar pemutaran film, menghadirkan sinema-sinema peraih penghargaan internasional. Film yang diputar kali ini mengetengahkan tema seputar kelahiran kembali (reborn).

Sinema Bentara merupakan agenda pemutaran film yang rutin diadakan setiap bulan oleh Bentara Budaya Bali dengan menghadirkan beragam tematik. Pemutaran film kali ini terangkum dalam tajuk Sinema Bentara: Re-Born, diselenggarakan pada Jumat dan Sabtu (18-19/12) pukul 17.00 WITA di Jln. Prof Ida Bagus Mantra 88A, Ketewel, Gianyar. Adapun program ini didukung oleh Alliance Francaise Bali dan Goethe Institut Indonesien.

Reborn bukan semata dimaknai sebagai kelahiran kembali secara fisik. Secara lebih luas, dapat diartikan sebagai lahirnya kesadaran baru, penemuan jatidiri, kemampuan untuk bertransformasi dari masa lalu, atau mengedepankan kemampuan kreatif dan fighting spirit seseorang, keluarga, maupun sekelompok masyarakat.

Semangat reborn ini tecermin dari upaya-upaya sang kreator atau sutradara film yang memertanyakan hal-hal esensial dalam kehidupan sehari-hari yang bagi sebagaian besar masyarakat kerap dianggap sesuatu yang lumrah saja.

“Tema reborn akan direpresentasikan dalam film fiksi maupun dokumenter. Ada empat film yang diputar selama dua hari.” ungkap Putu Aryastawa, staf Bentara Budaya Bali.

Pada film dokumenter ‘Alphabet’, kita dapat melihat bagaimana upaya sutradara Erwin Wagenhofer dalam menganalisis sistem pendidikan modern saat ini. Film ini mengajak kita untuk kembali memikirkan adanya kemungkinan bahwa sistem pendidikan saat ini justru menurunkan kapasitas anak-anak untuk berimajinasi, berkreativitas, dan berpikir independen.

Persoalan pencarian jati diri yang dihadapi seorang anak muda tertuang dalam film ‘Le Grand Voyage’ karya sutradara Ismael Ferroukhi. Film yang mengisahkan perjalanan ziarah ayah dan anak ini telah meraih berbagai penghargaan dalam ajang internasional, termasuk Luigi De Laurintiis Award pada Venice Film Festival 2004.

‘Neuland ’merupakan sebuah film dokumenter arahan sutradara Anna Thommen yang mengisahkan sekelompok imigran muda yang menjalani masa belajar dan bekerja di sebuah negara maju di Eropa. Mereka kemudian dihadapkan pada pertanyaan perihal kenyataan pelik: akankah tersedia tempat bagi mereka di negara-barunya itu?

Sementara itu, film ‘Persepolis’ bercerita tentang hidup seorang wanita bernama Marjene Satrapi bersama keluarganya yang menentang kediktatoran. Internaliasi dalam diri Marjene pun terjadi melalui pengalaman personal seorang anak berikut hubungan dengan anggota keluarganya. Film yang dikemas dalam bentuk animasi ini disutradarai oleh Vincent Paronnaud dan Marjene Satrapi.(Dea)