Danau Buyan Diserbu Gulma Liar, Nelayan Gusar

Minggu, 13 Desember 2015 : 19.01
Danau Buyan.(Foto: singarajafm.com)
SINGARAJA (inibali.com) - Kalangan nelayan Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng yang tinggal di tepi Danau Buyan mengeluhkan gulma yang menutupi permukaan danau.

"Hujan mampu menaikkan debit air danau namun menyebabkan danau dipenuhi gulma liar dan beberapa tumbuhan lain, menyulitkan kami memasang jaring untuk mencari ikan. Selain itu, sangat tidak elok dipandang," kata nelayan I Ketut Kariasa, Minggu (13/12/2015).

Kariasa menjelaskan air hujan mulai rutin turun sejak dua minggu terakhir membuat debit air danau perlahan namun pasti mulai mengalami peningkatan, hanya saja kini masih diganggu ganggang hijau, kapu-kapu, dan enceng gondok.

"Nelayan pencari ikan memakai pedau sulit memasang jaring akibat ada tumbuhan tumbuhan itu, selain juga perubahan sendimentasi dan pengendapan lumpur di bawah air menjadi terganggu," ujarnya.

Kat dia nelayan di Danau Buyan memang dilarang mengunakan mesin penggerak pedau, hal ini mengurangi dampak kimiawi berupa solar masuk ke tengah danau.

"Keberadaan gulma enceng gondok muncul sejak beberapa tahun 1997-1998 dimana persoalannya perkembangan enceng gondok dahulu tidak seperti sekarang ini. Paling parah enceng gondok muncul tahun 2000 ke atas, diikuti ganggang hijau dan kapu-kapu bertebaran di berbagai titik Danau Buyan, ucapnya.

Sementara itu, Putu Gede Sedana Putra warga di daerah itu menilai, perubahan struktur alam di Danau Buyan dapat dilihat dengan menghilangnya kerang kipas atau dikenal masyarakat setempat sebagai cakup-cakup.

Dikatakan, padahal dahulunya banyak muncul kerang kipas dengan kontur sendimentasi bawah danau berupa pasir dan bebatuan dan air danau Buyan disinyalir tercemar terkena zat kimia berasal dari pestisida petani, dan kemudian tanah pertanian terkena hujan, hasilnya aliran air mengandung zat kimia tersebut turun ke areal danau.

"Kami juga waktu kecil sering mencari ikan kuyuh, itu sekarang juga sudah tidak ada, zat kimia itu membuat enceng gondok menjadi tumbuh subur, termasuk limbah-limbah rumah tangga ke tengah danau," kata Sedana Putra.

Pihaknya berharap ada sinkronisasi antara warga masyarakat dan pemerintah, dalam sosialisasi menjaga kelestarian Danau Buyan melalui pertanian organik apalagi, fungsi air Danau Buyan sangat sentral digunakan dan mengalir ke seluruh kabupaten/kota di Bali.

"Banyak petani juga berpikir kalau menanam memakai pola organik, justru lebih mahal dan perlu diberikan sosialisasi, mengingat kalau zat kimia dikembangkan terus menerus maka dampaknya dialami Danau Buyan dan manusia itu sendiri," tandasnya. (Antara/wan)