BIENNALE SENI RUPA: Bali Siapkan Poros Seni Kontemporer

Kamis, 12 November 2015 : 08.18

DENPASAR (inibali.com): Bali segera memiliki pameran besar seni rupa yang akan menjadi salah satu poros kegiatan seni kontemporer di Indonesia.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyampaikan gagasan perlunya Bali memiliki event seni rupa berkualitas dan berskala internasional disambut gembira sejumlah seniman dan kolektor.

Pada Rabu (11/11/2015) siang, Pastika mengundang sejumlah seniman ke kantornya untuk mendengarkan pandangan dan masukan penyelenggaraan pameran besar dua tahunan (biennale) yang akan digelar akhir 2016.

Kurator seni rupa Jim Supangkat mengatakan telah lama ingin membuat pameran besar di Bali yang namanya telah mendunia sehingga akan lebih gampang pengelolaan dan promosinya.

Selain itu, destinasi pariwisata ini dapat menjadi hub representasi berbagai persoalan bangsa di dunia yang dikelola dalam suatu isu pada kegiatan seni rupa berkelanjutan.

“Gagasan Pak Gubernur  ini harus segera ditangkap dan diwujudkan, senyampang seni kontemporer Asia tengah dilirik dunia pada saat ini,” katanya.

Kolektor karya seni Harry T. Putra yang akrab disapa Heri Soto mengatakan diminta Pastika untuk menjembatani pertemuan dengan seniman. “Saya langsung mengontak sejumlah pribadi yang memiliki kepedulian untuk menerjemahkan ide Pak Gubernur dan terjadilah pertemuan hangat tersebut,” katanya.

Harry menyebut delapan orang yang diundang gubernur itu akan membuat perencanaan dan  keperluan terkait pameran akbar seni rupa tersebut. Tim ini, kata Harry, diminta bergerak cepat dan menyusun time frame program ini.

Tim tersebut adalah Jim Supangkat (kurator),  Tjian An Djie (kolektor & founder CO Open Biennale), Harry T Putra (kolektor),  Wayan Redika dan Mangu Putra (perupa), Wayan Sujana Suklu (seniman/dosen ISI Denpasar), serta Ema Sukarelawanto dan  Ari Teja (jurnalis).

Wayan Redika mengatakan pameran besar seni rupa merupakan dambaan seniman sejak lama setelah Bali Biennale 2005 tak lagi berlanjut. Hanya saja, diperlukan infrastruktur memadai, manajemen profesional, dan komitmen para pihak untuk menjaga keberlanjutan kegiatan ini.

Ia yakin dengan digelarnya biennale di Bali akan semakin mendorong kreativitas dan menumbuhkan jejaring seniman antarbangsa yang sangat diperlukan untuk mebambah wawasan dan kompetisi tinggi.

“Selain itu, biennale yang bermutu akan banyak mengundang wisatawan, yang berarti bakal menyokong pula perekonomian wilayah setempat,” kata Redika yang belum lama ini mengikuti Beijing Biennale.(wid)