Bakti Wiyasa Ungkap Kekerasan Tatanan Rohani Tua Bali

Senin, 16 November 2015 : 17.27
Made Bakti Wiyasa (Foto: Dok Pribadi)
DENPASAR (inibali.com) -Enampuluh karya dari 60 seniman, mewarnai pameran seni rupa di Tonyraka Gallery, Mas Ubud, 10 November -10 Desember. 

Pameran yang mengangkat tema Bali Art Intervention ‘Violent Bali’ #1 atau kekerasan terhadap Bali itu menyajikan sejumlah karya yang mengungkap beragam kerakusan yang mengoyak Bali belakangan ini.

Satu di antaranya karya Made Bakti Wiyasa berjudul ‘Pertiwi Jati #1” yang mengungkap kekerasan tatanan rohani tua di Bali. Karya yang digarap menggunakan cat akrilik di atas kanvas ukuran 70 x 240 cm, 2015 membeberakan ‘nestapaning pertiwi jati’ . Makna dari karya ini adalah  adanya pergeseran acuan dari acuan rohani sebagai tatanan menjadi materi sebagai tatanan acuan. Akibatnya, banyak situs dan tatanan pertiwi yang dilanggar, diperkosa menjadikan tatanan budaya Bali yang kian terancam.

Ada tiga panel atau bagian mulai  perut, hati dan kepala. “ Untuk seri perut  menangkap materi, harus ada apinya yang melahirkan energy yang tidak bisa terputus, apabila apinya diputus energy dan kehidupan juga terputus,” jelas Made Bakti Wiyasa, saat ditemui, Minggu (15/11/2015).

Lanjut Bakti Wiyasa, hati disini menjadi control, karena tidak menggunakan hati akhirnya segala tatanan dilanggar secara masiv. Dicontohkan, alih fungsi lahan, kerusakan situs- situs bersejarah, kekerasan terhadap titik titik energy (source) misalnya gunung, laut, sungai, danau, dengan gampangnya dialih fungsikan.

“ Petani hilang harapan, bebaturan (Pura) terancam, petani kehilangan lahan dan pekerjaan, generasi muda kehilangan jejak dan situsnya.  Semua bisa dijual, dipaket dijual hingga diri sendiri pun dijual.  Nurani sudah tidak ada artinya,” bebernya.

Kadek Wahyudita, selaku pegiat seni menjelaksan karya Bakti Wiyasa menggambarkan, realitas masa kini. “Ini yang saya maksudkan karya-karya tidak ditata secara aspek estika semata, tapi juga intisari dari kehidupan sosial kekinian hadir di karya itu. Konsep Atita, Nagata, Wartamana, yang dulu pertiwi jati dijadikan refleksi kekinian, untuk menjawab tantangan di masa mendatang,” sebutnya.

Selain karya lukisan, dalam pameran Bali Art Intervention ini juga  menyajikan, sculpture (patung), Photografi, instalasi, video, performance. Diantaranya, Adi Gunawan, Agus Cahaya, Achmad Pandi, Agus Putu Suyadnya, Alit Suaja, AS Kurnia dll.