Market Marigold Bali Capai 200 Miliar Setahun

Selasa, 30 Mei 2017 : 22.15

TABANAN (inibali.com) - Bali memiliki potensi besar industri penghasil bunga. Ratusan miliaran rupiah tiap hari uang yang harus dibelanjakan hanya untuk bunga marigold (gumitir) oleh masyarakat Bali. Diperkirakan kebutuhan marigold di Bali mencapai 8 ton per hari.

"Bali memiliki industri dan market yang sangat besar untuk bunga marigold," ujar Senior Product Manager Ewindo Wakrimin, Selasa (30/5/2017),  dalam Expo Florikultura yang diselenggarakan Produsen benih sayuran tropis hibrida ‘Cap Panah Merah’ PT East West Seed Indonesia (Ewindo).

Selain mengenalkan sejumlah varietas unggul bunga, Ewindo juga mengedukasi petani teknik budidaya bunga menggunakan biji untuk mendapatkan hasil panen yang lebih besar dengan biaya produksi rendah. Acara yabg digelar di kawasan DTW Ulun Danu Beratan diikuti para petani bunga dan pegiat pertanian di Bali.

Dikatakan, Expo Florikultura ini merupakan salah satu wujud keseriusan Ewindo dalam membantu mewujudkan kemajuan sektor hortikultura nasional khususnya florikultura melalui penyediaan benih berkualitas dan pembinaan kepada petani. Para petani tidak hanya diperkenalkan dengan benih berkualitas, tetapi juga teknik budidaya bunga melalui biji/benih.

Dalam kesempatan ini, Ewindo mengenalkan sejumlah varietas unggul bunga Marigold atau Gumitir hibrida berkualitas yaitu Golden Bloom F1, Mega Yellow F1, dan Mega Gold F1. Tiga varietas baru tersebut melengkapi varietas unggul bunga Marigold yang telah diluncurkan Ewindo dan dikenal luas di kalangan petani yakni Maharani F1.

Seperti diketahui, Marigold adalah salah satu bunga yang menjadi pilihan utama masyarakat Bali untuk membuat persembahan atau sesajen. Bunga ini juga banyak digunakan oleh pelaku pariwisata di Pulau Dewata baik berupa bunga potong maupun pot sebagai penghias ruangan dan taman. Permintaan bunga yang memiliki nama ilmiah Tagetes erecta ini di Bali sangat tinggi dan akan meningkat bersamaan dengan pelaksanaan upacara hari besar keagamaan.

“Kami terus melakukan riset dan pengembangan untuk mendapatkan varietas unggul yang tidak hanya memiliki adaptasi yang luas, tahan terhadap serangan penyakit tanaman tetapi juga mampu memberikan hasil panen lebih banyak. Harapan kami varietas baru ini dapat memenuhi kebutuhan para petani akan benih yang bermutu dan tentunya memberikan hasil yang maksimal,” ujar Wakrimin.

Pada Expo Florikultura yang digelar di kawasan wisata Bali ini, bekerjasama dengan Pura Ulun Danu Bedugul, Tabanan Balipara petani mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan teknik persemaian dan budidaya Marigold serta lomba kreativitas untuk membuat rangkaian bunga “canang”. Ewindo juga memberikan kesempatan kepada para petani untuk berdiskusi langsung dengan para ahli budidaya dan penyakit tanaman dari Ewindo.

Diperkirakan nilai industri bunga marigold per tahun di Bali mencapai Rp 100-200 miliar. Kebutuhan bunga marigold di Bali mencapai 8 ton per hari. "Kita perkirakan kebutuhan bibit marigold mencapai 100 kg per bulan," imbuhnya.

Teknik budidaya bunga menggunakan benih atau biji ini diharapkan dapat lebih meningkatkan potensi pendapatan petani. Untuk Marigold contohnya, diperkirakan biaya yang dibutuhkan petani adalah sekitar Rp 3.000 untuk setiap tanaman. Potensi produksi setiap tanaman Marigold varietas Maharani Oranye F1 rata-rata adalah 1,5 kg dan dapat mulai dipanen pada umur 35 hari setelah penanaman. Dengan harga jual sekitar Rp 10.000 per kg, potensi pendapatan petani dapat mencapai sekitar Rp 15.000 per tanaman.

Selain produktivitasnya yang tinggi, Marigold hibrida berkualitas yang diproduksi Ewindo juga memiliki keunggulan bentuk bunga yang seragam dan sesuai dengan keinginan pasar karena bentuk bunganya yang sempurna. Bunga Maharani F1 juga dapat tetap segar hingga 4-5 hari setelah petik. Varietas ini juga memiliki adaptasi yang baik ketika ditanam pada musim kering maupun penghujan.

Tidak hanya Marigold pada Expo Florikultura ini Ewindo juga mengenalkan banyak varietas tanaman bunga, diantaranya vinca type standing dan trailing, helianthus atau bunga matahari type pendek, zinnia, dianthus, viola, celosia, salvia dan balinea.

“Budidaya tanaman hias memiliki potensi peningkatan pendapatan yang cukup bagi petani bahkan dengan luasan lahan yang tidak terlalau besar. Selain itu potensi pasarnya di Indonesia juga masih sangat besar. Kami optimistis dengan pembinaan yang dilakukan secara berkelanjutan dan terukur dapat meningkatkan kesejahteraan petani khususnya petani bunga di Bali,” tutup Wakrimin. (wid)