Ekonomi Karangasem Lumpuh "Dijegal" Status Awas Gunung Agung

Jumat, 20 Oktober 2017 : 10.58
Bupati Karangasem Ayu Mas Sumantri saat menerima bantuan dari BUMN, Senin (16/10/2017) di Pos Komando Pengungsi Tanah Ampo.
KARANGASEM - Status awas Gunung Agung membuat ekonomi Karangasem Lumpuh. Sejak beberapa minggu lalu kegiatan bisnis terhenti. Bahkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Karangasem menyentuh titik terendah. Kredit macetpun dipastikan akan meningkat.

Bupati Karangasem, IGA Mas Sumantri menyatakan, ekonomi Karangasem lumpuhnya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nol koma kosong (0,0). Selama ini Karangasem menghandalkan PAD dari galian C dan pariwisata.

"PAD Karangasem menghandalkan galian C dan pariwisata. Sekarang semua terhenti sejak Gunung Agung berstatus awas," ujarnya. Disebutkan, PAD galian C tak bisa jalan karena memang berada dialiran berbahaya. Namun tak seperti sektor pariwisata yang sebenarnya masih aman.

Meski wisatawan telah diyakinkan sedemikian rupa jika hanya beberapa daerah saja yang terdampak seandainya Gunung Agung meletus, namun Mas Sumantri menyebut wisatawan tetap ketakutan berkunjung ke Karangasem.

"Sudah jelas tamu, walau kita kecilkan persoalan Gunung Agung ini, tapi tetap berdampak pada ekonomi kita," sebutnya.

Dengan tidak adanya PAD Karangasem, Mas Sumantri berharap kepada semua pihak baik kabupaten/kota se-Bali, pemerintah provinsi maupun pusat untuk bersama-sama menyelamatkan perekonomian Karangasem.

"PAD Karangasem sekarang nol koma kosong, tentu kita memohon kepada semua pihak, baik kabupaten/kota, provinsi maupun pusat untuk bersama-sama bagaimana menyelamatkan Karangasem ke depan," harap dia.

Status awas Gunung Agung sendiri sudah berjalan selama hampir satu bulan. Kondisi itu tentu sangat menyulitkan bagi warga Karangasem yang terpaksa mengungsi. Mereka praktis hilang pendapatan. Situasi tersebut bisa saja menimbulkan kejenuhan di benak mereka.

Bagaimana mereka memikirkan ekonomi, mikirin keselamatan saja masih bingung, namun sebagian ada juga yang mulai nekat.

"Tentu kejenuhan itu akan menimbulkan banyak hal. Pertama mereka akan punya keberanian lebih, mereka akan kembali pulang. Kita tidak bisa menyalahkan mereka.

Mereka khawatir, punya tanggung jawab terhadap kehidupan keluarga, punya utang di bank, koperasi dan tetangga, tentu mereka pikirkan. Apalagi misalnya sampai mereka dicari penagih utang. Tentu menjadi beban," katanya.

Dengan kondisi saat ini para debitur tak memiliki kemampuan untuk membayar kredit.

"Lost income tentu besar. Dari 500 ribu penduduk Karangasem, 138 ribu jiwa dari 28 desa mengungsi. Mereka tidak bekerja. Tidak ada pendapatan. Harapan kita sudah hampa, tinggal menunggu belas kasih saja.

Tentu ini menjadi tanggung jawab, bukan hanya kami saja yang pikul, tapi sampai semua pihak hingga ke pemerintah pusat," kata dia.

Pihaknya pun akan berupaya melakukan pendataan terhadap kredit macet di Karangasem. Ia pun berharap ada kebijakan khusus dari para lembaga keuangan.

"Kami belum tau angka pasti berapa total kredit bermasalah," imbuhnya. Ia meminta para pengusaha, pemerintah untuk menyelenggarakan even pariwisata di Karangasem sehingga ada geliat ekonomi. (wid)