Agama dan Kearifan Lokal, Inovasi Pembelajaran Antikorupsi

Kamis, 26 Oktober 2017 : 21.54
Bali gaungkan upaya menangkal korupsi melalui FGD, Kamis (26/10/2017) di Rumah Budaya Penggak Men Mersi.

*Bali Gaungkan Berantas  Korupsi

Bali gaungkan upaya menangkal korupsi. Hal tersebut terungkap dalam Fokus Grup Discussion (FGD) Diseminasi inovasi pembelajaran Antikorupsi berdasarkan Nilai –nilai Agama dan Kearifan Lokal, yang digelar KPK bersama tokoh masyarakat Bali di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kamis (26/10/2017.

Hadir  dalam diskusi ini sejumlah tokoh Bali dintaranya Ketua Umum PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenaya, tokoh Puri A.A Ngurah Gede Kusuma Wardana ,  tokoh adat I Wayan Suarsa (bendesa Adat Kuta), Guru Besar ISI Denpasar Prof. Dr I Nyoman Sedana, tokoh dongeng Bali Made Taro, dan beberapa tokoh dan intelektual lainya serta dari pihak KPK.

Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya dalam pemaparannya menyatakan, sesungguhnya Bali memiliki kearifan lokal dan nilai –nilai agama yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari –hari. Namun, kehidupan kekinian beragam tantangan dalam menguatkan karakter dan moral menjadi  perhatian serius.  

Pihaknya, menyebutkan upaya pemberantasan korupsi dari sisi agama Hindu dan kearifan lokal di Bali banyak yang bisa diambil untuk dijadikan acuan pembelajaran. “Intinya, upaya pemberantasan kosupsi dapat diberantas mulai dari  kesadaran diri dengan  mengembalikan kekuatan karakter, moral, mental yang sekarang ini mulai kendor,  “ ungkap Wisnu Bawa Tenaya.

Pihaknya memberi masukan agar KPK sekarang ini sedang di uji, untuk menegakan kebenaran dalam memberantas korupsi di Indonesia. Untuk itu, dirinya mengajak KPK untuk memulai melakukan jalinan komunikasi    lintas sektoral. Bahkan dari Bali, bisa memulai bersama-sama  menjadi proyek percontohan anti korupsi di Indonesia. “Kami mengajak dari Bali bisa menjadi proyek percontohan anti korupsi, karena Bali ini selain menjadi Pulau terkenal, Bali memiliki kelengkapan dari sisi lokal jenius, baik agama, budaya, adat dan tata cara orang Bali,” tandasnya.

Made Taro pelaku dongeng yang kerap mengajarkan kembali permainan tradisional serta cerita –cerita yang membidik dan memperkuat karakter anak usia dini menyambut baik, upaya anti korupsi ini mulai dibicarakan sejak dini. “ Nilai –nilai kejujuran sekarang ini sulit ditemui, untuk itu melalui contoh –contoh dongeng, permainan anak, gending – gending seharusnya bisa diberikan kepada anak –anak, karena banyak metode pembelajaran terhadap nilai –nilai karakter, kejujuran dunia anak,  “ ucapnya.

Irawati dari pihak KPK mengungkapkan, tujuan digelar FGD Inovasi Pembelajaran Antikorupsi Berdasarkan Nilai Agama dan Kearifan Lokal, untuk mencari masukan agar ada satu model pembelajaran tentang antikorupsi secara terintegrasi. “ Sejauh ini, kendala yang dihadapi bangsa ini dalam menuntaskan korupsi masih dilihat KPK mampu melakukan operasi tangkap tangan (OTT), sementara untuk pencegahan korupsi belum sepenuhnya berjalan dan menjadi perbincangan public,” sebut Irawati.

Padahal, lanjut Irawati upaya pencegahan korupsi inilah yang harus menjadi perhatian serius semua pihak. Terutama model pembelajaran seperti apa yang harus dijalankan mulai anak –anak usia dini hingga perguruan tinggi. “ Termasuk lembaga – lembaga non formal seperti adat, dan model penangananya bisa dilibatkan untuk bersama-sama mencegah korupsi,” ungkapnya. (*)