Ekonomi Bali "Move On" 2017

Jumat, 09 Desember 2016 : 20.25
Ekonomi Bali move on di Tahun 2017 terungkap dalam Out Look Ekonomi, Jumat (8/12/2016)

Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2017 ditanggapi optimis dan pesimis. Berdasarkan data ekonomi dari Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali, ekonomi Bali diprediksi tumbuh antara 6,2 persen – 6,6 persen tahun 2017. Ekonomi Bali diperkirakan makin move on pada tahun depan.

Meskipun ekonomi Bali triwulan 3 tahun 2016 mengalami perlambatan yaitu 6,17 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang 6,5 persen namun dengan adanya beberapa kebijakan dari Bank Indonesia, perekonomian Bali diprediksi dapat move on di tahun depan.

“Menurunkan suku bunga 1,5 persen, dan juga melonggarkan LTV pada saat membeli rumah atau kendaraan bermotor, kebijakan-kebijakan ini akan menambah likuiditas di pasar,” papar Teguh Setiadi, Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan BI Perwakilan Provinsi Bali pada acara Move On 2017, Jumat (9/12). Dengan penambahan likuiditas tersebut, perekonomian diprediksi akan bergerak (move on).

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., Akademisi Unud mengatakan, prediksi tersebut tidak lepas dari prediksi ekonomi nasional dan global. Ia sendiri menanggapi optimis dan pesimis terhadap perekonomian Bali tahun 2017. Optimismenya dilandasi oleh beberapa hal seperti kekayaan alam immaterial di sektor pariwisata, pertanian, industri kreatif dan kelautan.

Bali juga merupakan daerah tujuan investasi dimana nanti pasca tax amnesty, diharapkan berpengaruh signifikan terhadap investasi asing di Bali. Pertumbuhan properti yang merosot di tahun 2016, diprediksi juga akan membaik seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.

Sementara, pesimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2017 disebabkan degradasi budaya yang tidak terasa akan berdampak negative pada pariwisata. Selain itu sinergitas antara pariwisata dan pertanian di Bali belum terealisasi, pembangunan yang tidak merata antara Bali Utara dan Selatan, dan ketidaksesuaian pasar dengan jumlah hotel yang dibangun yang berdampak pada perang tariff, dan tingkat hunian kamar (TPK) yang hanya 58,56 persen untuk hotel berbintang dan 30,45 persen untuk hotel non bintang dengan lama tinggal tidak lebih dari 3 hari.

Salah satu pendukung pertumbuhan dan pemerataan adalah pembangunan infrastruktur. Dukungan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah pusat, Bali diposisikan sebagai pintu gerbang pariwisata nasional dengan rencana pembangungan beberapa proyek infrastruktur. Namun sayangnya, proyek infrastruktur yang dibiayai oleh APBN sangat sedikit di Bali yaitu Rp 0,91 triliun tahun 2016.

Implementasi move on untuk perekonomian Bali 2017, Kadin Bali di tahun depan akan membentuk Bali in Corporation. “Kadin Bali berencana agar pengusaha Bali tidak menjadi penonton, kalau terpecah begini akan tersisih, jadi penonton, dengan Bali in Corporation ini semua komponen masyarakat Bali bersatu dan menguasai perekonomian di Bali,” kata Ketua Kadin Bali, AA. Ngurah Alit Wiraputra.

Dalam Bali in Corporation, tidak hanya pengusaha, tapi juga ada masyarakat dan pemerintah bersatu. Jumlah investasi di Bali yang totalnya Rp 400 triliun, hanya Rp 20 triliun yang merupakan milik masyarakat Bali. Bali in corporation inilah yang akan mengakusisi, membeli, mengaplikasikan arahan Bali ke depan,  membuat blue print pariwisata bali, blue print arahan Bali secara keseluruhan dengan tetap mempertahan budaya dan adat. (wid)