Akses Pasar Moderen, BI Pertemukan UMKM dengan Perusahaan Retail

Kamis, 22 September 2016 : 20.04
Temu Bisnis petani (UMKM) selaku kelompok binaan KPwBI Provinsi Bali, Kamis (22/9/2016)

DENPASAR (inibali.com) - Pertanian belum merasakan nikmatnya menjadi petani.  Hal ini juga dirasakan oleh pengerajin (UMKM) yang telah di bina Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali. Petani masih mengalami kendala dalam pemasaran, memasukan produk hasil panen maupun hasil kerajinannya ke swalayan atau supermarket yang beroperasi di Bali. Padahal kualitas produknya tak kalah dengan produk impor. Demikian dikatakan Kepala KPwBI Provinsi Bali, Causa Iman Karana usai membuka Temu Bisnis Temu Bisnis petani (UMKM) selaku kelompok binaan KPwBI Provinsi Bali, Kamis (22/9/2016).

Dikatakan selama ini mereka (petani) kesulitan untuk mengakses ataupun menjadi suplaier para retail ini. Bagaimana cara memasukan barang ke supermarket itu, siapa yang dicari, bagaimana prosesnya. Itu mereka belum memahami. "Sehingga kami saat ini menjembatani mempertemukan mereka. Menjalin MoU dengan mereka (para retail), tidak sekedar kontrak saja tapi harus betul-betul ada aksinya. Sehingga akan kita pantau terus,"janjinya.

Ada kesenjangan komunikasi antara petani lokal dengan pasar retail modern. Petani kurang mengetahui informasi komoditi yang dibutuhkan oleh pasar retail modern baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sedangkan pasar retail modern kurang mengetahui dimana komoditi yang dibutuhkan tersebut dapat diperoleh dari petani lokal. "Seringkali para pelaku pasar retail modern terpaksa mendatangkan komoditi dari luar Bali bahkan mengimpor dari luar negeri. Permasalaham ini kita harapkan dapat dicari jalan keluarnya melalui forun ini,"ujarnya.

Selain itu, permasalahan umum yang dihadapi UMKM ini diantaranya bidang produksi baik segi kualitas maupun kontinuitas, pemasaran serta pembiayaan. "Diharapkan Temu Bisnis ini, mampu merealisasikan peluang usaha para petani dan UMKM, mengetahui cara menjadi pemasok serta permintaan kebutuhan retailer. Intinya mereka bisa menjadi mitra kerja yang salinh menguntungkan,"imbuhnya.

Dikatakan pula, untuk pengendalian inflasi salah satunya peningkatan produksi komoditas bahan pangan khususnya komoditas penyumbang utama inflasi. "Bank Indonesia juga memperkenalkan budi daya pertanian organik untuk komoditas padi, cabai, bawang merah, kopi, dan daging sapi dengan pendekatan kelompok,"katanya.

Selanjutnya, guna meningkatkan kapasitas produksi produk pertanian di Bali khususnya pada komoditas penyumbang inflasi, KPwBI Bali telah mengembangkan 13 klaster dan demplot di 5 Kabupaten di Bali.

Temu bisnis ini, mengundang delapan narasumber dari para retailer modern yaitu, PT. Gunung Mas Agro Lestari, PT. Coco Mart, PT. Trans Retail Indonesia (Carefure) , PT. Tiara Dewata, GH. Holdings Investmant Pte Ltd ( Hardy's Supermarket) dan Koperasi Tani Bali serta instansi dari Perum BULOG Divisi Regional Bali dan PHRI Provinsi Bali. (wid)