Lahan Kian Sempit, ‘Urban Farming’ Solusinya

Jumat, 06 November 2015 : 13.18
Konsep pertanian perkotaan.(Foto ilustrasi: surabaya.go.id)
DENPASAR (iniBali.com): Banyak terobosan dilakukan untuk menyiasati kian sempitnya lahan akibat alih fungsi areal pertanian menjadi hunian dan pertokoan. Salah satunya upaya Bank Indonesia memasyarakatkan urban farming atau pertanian perkotaan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati mengatakan sistem pertanian ini mengajarkan bertani secara sehat dan ekonomis.

"Saya berharap program ini ditindaklanjuti pemda agar bisa diterapkan secara luas dan hasilnya bisa diterima pasar dengan baik," katanya seperti diwartakan Antara, Jumat (6/11/2015).

Untuk tahap awal, Bank Indonesia melakukan sosialisasi kepada sejumlah kelompok melalui pelatihan dan advokasi. Selanjutnya menjangkau sekolah-sekolah agar budaya pertanian perkotaan bisa dikenal lebih dini.

Dewi yakin langkah ini dapat menjadi solusi mengingat selama ini sejumlah komoditas yang banyak dibutuhkan masyarakat menyumbang inflasi lantaran harga komoditas pertanian yang dikonsumi masyarakat kerap mengalai kenaikan (volatile foods) seperti beras, daging, ikan, cabai, bawang. dan sayur mayur.

Khusus untuk sayur mayur, BI telah memperkenalkan konsep urban farming itu kepada PKK di Denpasar, Lapas Gianyar, PKK Klungkung, Koramil 1616-03/Tampaksiring Gianyar, dan Klaster padi Pulagan.

Sistem urban farming ini juga dilakukan di halaman Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di Denpasar. Bahkan, sayur organik yang ditanaam di halaman belakang itu telah dipanen.

Selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, hasil urban farming juga bisa bernilai ekonomis dengan menjualnya ke pasar atau kios terdekat.(wan)